Just Talk (edisi 1)

Grisse, 3/12/2021     14:40 WIB

Hai Millows! 

Aku belum tahu akan jadi seperti apa tulisanku kali ini. Baiklah, kunamai saja ia just talk. Bicaralah saja. Harapanku ketika aku sedang menulis ini adalah jemariku bisa menari dengan lincahnya tanpa takut tergelincir. Menuangkan yang berkecambuk mbulet di dalam pikiranku menjadi sekumpulan kata yang setidaknya rapi, atau lebih tepatnya barisan kalimat, atau kalau memang sedang beruntung yah menjadi serenteng paragraf. hehehehe. 

Malam yang sudah agak larut itu, aku berdiskusi kecil dengan seorang temanku melalui salah satu aplikasi chatting. Sebuah mosi ia ketikkan di salah satu story-nya. Bunyinya begini, "Merelakan pekerjaan atau mencari pekerjaan yang lebih cocok dengan kondisi hubungan demi membersamai seorang kekasih." 

F : "Jika hobimu adalah traveling dan pekerjaanmu mengharuskan kamu untuk bepergian ke banyak tempat dengan intensitas yang tinggi, tetapi kekasihmu adalah seorang yang clingy dan tidak bisa jauh darimu, lalu doi menyuruhmu untuk berhenti dari pekerjaanmu. Namun, doi membolehkanmu menemukan pekerjaan yang masih relevan dengan pekerjaan lamamu dan kamu menurutinya, apakah hal tersebut mature? Dewasa? Atau toxic?

Milly : "That's all about communication, imo. Sebaik apapun kamu punya niat dan rencana, kalau tidak kamu komunikasikan, who knows, your partner will has different meaning. Seandainya, dia mengartikan tindakanmu itu dengan pemaknaan yang sama sekali berbeda denganmu, aku berani jamin kamu akan menyalahkan perspektifnya dan mungkin malah jengah dengannya. Hal yang sebenarnya bisa selesai dengan diskusi dan bermufakat, akhirnya harus berlarut dengan buntut perasaan galau. Yah, sampaikan saja mengapa kamu bersikap clingy dan mengapa harus sampai mengharuskan kekasihmu resign. Lantas sampaikan apa rencanamu selanjutnya(?)"

F : "Benar. I totally agree with you, Emilly. Tapi, kalau begitu keduanya harus sepakat dong. Kalau misalkan ada salah satu diantara keduanya tidak sepakat, would you leave him? Atau meninggalkannya?"

Milly : "Okeii, kalau itu menurutku kembali lagi ke orientasi hubungan. Mau dibawa ke arah serius kah atau tidak. Sederhananya gini, kalau kita sayang sama seseorang, kita akan berusaha bikin dia selalu bahagia. Termasuk memberikan dia ruang untuk tumbuh, pekerjaan yg dia suka (asal baik & halal ya). And one thing that we should know is, dirinya dia berhak atas hal itu tanpa kita beri pun.

Nahh, kalau di antara keduanya ada yang tidak sepakat, maka kata sepakat itu tidak pernah ada. Ada yg namanya kompromi. Dalam hal ini, misal doi mengizinkan kekasihnya mencari job yg mirip-mirip dan masih fleksibel sama keadaan pasangan. Tapiiiiiiii,  hal seperti ini biasanya terjadi pada pasangan menikah atau sudah sepakat 'akan' menikah. Karena jelas akan memengaruhi kehidupan mendatang seperti management finansial, perkembangan anak, tabungan jangka panjang, dan lain-lain. Kalau sudah begini pada umunya akan ada saling mengisi. Jika pasangannya tidak bisa berada jauh dari dirinya, berarti dirinyalah yang harus memberikan konpensasi dengan memenuhi kebutuhan pasangannya. Kebutuhan tidak hanya lahiriyah, batiniyah pun juga. Termasuk kebahagian, hobi,rasa damai, nyaman dll. Wwkwkwkwk anjirlah jadi panjang amat chat-ku.

F : "Hahaha. It's okay. Go on."

Milly : "Imo, it's personally for me yeah. Kalau beneran belum nemu titik tengah, mungkin memang belum waktunya membersamai :)) Ada kalanya kita terpaksa berpisah sama orang yang kita sayang karena emang sedang beda rute, dan cuma bisa berharap kembali dipertemukan di persimpangan nanti untuk bisa berjalan beriringan lagi di rute yang sama. Atau kemungkinnan terburuknya, mungkin memang bukan jodoh saja," :)))

F : "Kamu deep bangett. Terima kasih, Milly untuk pov-mu."

Milly : "Kalau aku nih. Toh ya Sist,  klo kita mau nurutin org lain, kita tanya dulu sama diri sendiri. Bukankah terlalu berisiko mengorbankan impian, keinginan, cita², bahkan diri kita, demi orang lain yang belum pasti akan membersamai kita. Yang bisa bikin diri ini bahagia ya kita sendiri kan hehehe. Yang bisa nyelametin diri ini ya kita sendiri hehe. Gaada org lain. Ini klo konteks hubungannya blm jelas ya wkwk. Klo emg jodoh, it's okay lah berpisah dulu untuk memperbaiki diri masing2, meraih mimpi masing2. Siapa tahu dipertemukan kembali dgn versi yg jauh lebih baik.

Beberapa detik kemudian aku termenung. Menurutku kata berpisah lebih cocok drpd meninggalkan. Kamu tahu nggak? Lawan dari mencintai itu bukan membenci, tetapi meninggalkan. Kalau orang berpisah, masih ada yang namanya kemungkinan untuk bertemu kembali. Berpisah di perempatan, mungkin akan ketemu di ujung jalan. Mangkanya perceraian itu nama lainnya perpisahan, bukan peninggalan. Krn bisa jadi rujuk lagi. Pas kita kelas 12 SMA juga adanya Pesta Perpisahan kan, bukan Pesta Meninggalkan, karena suatu saat nanti akan ketemu lagi dalam reuni. Kalau meninggalkan, artinya kita benar-benar selesai dengan orang atau sesuatu itu. Kayak  ninggalin barang bekas di tempat rongsokan. Hehe."

F : "Anjiirrrrrrrrrrr. Speechless sumpaaahh. Terus ini Mil, kalau di posisimu sekarang ada dua pria. Keduanya sama sibuknya. Si A ini pacarku, dia sibuk tapi nggak pernah sempat ngabarin, bahkan nggak chatting atau video call. 

Si B ini FWB (Friend With Benefit), sesibuk apapun dia, dia sempat tuh ngabarin, perhatian, nanyain kabar, bales chat, video call, meskipun paling lama sejam. Sebenarnya yg sayang aku itu yg mana?"

Milly : "Hmm aku jawabnya sayang dalam konteks sebagai belahan jiwa yak, atau gampangnya pasangan lah ya."

F : "Iyappp."

Milly : "Bagiku, pacar."

F : "Alasannya?"

Milly : "Orang sibuk tuh kadang bisa sampai lupa ngabarin orang-orang yang nunggu telfonnya, yg nunggu balesan chatnya tauk Sist! wkwkwk. Apalagi sibuk sekolah, kerja, dll. Aku respect klo dia gitu. Artinya dia punya rasa tanggung jawab. Bahwa untuk 'bersama' sama kita tu nggak bisa sembarangan. Ada banyak hal yang perlu dia siapkan. Nanti kalo dia uda nggak sibuk, ada waktu rehat. Pasti ngabarin. Karena dia sadar punya kita. Sesibuk apapun itu, sebetulnya dia terus kepikiran kita. Tapi tanggung jawab dia sebagai pelajar, pekerja, dll harus tetap dilakuin dengan baik. Toh yaaa hidupnya dia nggak melulu tentang kita, yang pacarnya wkwk. Kita pun begitu yakan.

Talk about FWB, aku nggak suka fwb. Simple. Kalau dia bisa semudah itu into us, artinya dia semudah itu juga into them, others. Wkwk. 'Semudah itu' i mean, membuat orang lain nyaman dengan perhatian-perhatiannya tanpa mau ngasih kita batasan yang jelas. 

Tentang pacar sibuk, apalagi cowok ya Sist. Kalau masih lajang, masih sebatas punya pacar. Prioritas mereka adalah keluarganya. Bukan kita, pacarnya. Dan kita harus sadar dan terima itu. Bersyukurlah kalau ketemu cowok yang apa-apa duluin keluraganya, mamanya, ayahnya, adik-adiknya. Artinya kalau nanti kita jadi keluarganya, which is istrinya, kita pun akan diperlakukan demikian. Hehe. Sans aja kalau belum dikabarin. Orang mamanya aja belum sempat dia telfon" :)

F : "Ohhh shittt... Emilly, aku jadi terharu. Kata - katamu tadi jadi bikin aku  iya juga ya, anjir banget, kenapa nggak kepikiran gitu. Abis denger kamu tadi, aku sekarang lebih jadi kayak nerima gitu. Yaudah deh mungkin nggak sempat buka handphone, kutinggal tidur aja kali ya. Hahahaha."

Garis setengah lingkar perlahan tertarik dari ujung bibirku. Aku tersenyum, membaca ulang deretan kalimat chatting kami barusan. Sebersit perasaan rindu samar - samar hinggap dengan nakalnya. Memaksa otakku kembali menggambar sosok pria yang dulu kukenal, senyumnya, tutur katanya,  segala perilakunya, mata indahnya yang ikut tersenyum menyipit seperti sapi perah yang nyengir kuda kembali mengusikku. Aku hanya mampu tersenyum. 

F = Friend = Teman

Aku juga nggak menyangka kalau sesi chating itu sampai membahas topik terakhir. Ini kulampirkan potongan chat kami, anggap saja bentuk bukti hehe. Saat aku mengetik chats di atas untuk pertama kalinya, jujur saja aku belum menyadari sesuatu yang kini kupahami betul. Ternyata aku bisa ya memahami hal tersebut, jika kondisiku sedang netral. 



Sampai sini aja yaa just talk edisi malam ini. Semoga tulisanku bisa memberikan 'sesuatu' untukmu yang sedang membutuhkannya. Aku mencintaimu, dan seluruh umat manusia. 

Soerabaia, 9/02/2023      20:11 WIB

Comments

Popular posts from this blog

meninggalkan / ditinggalkan?

Seni Menunggu

Situs dan Asosiasi